Quarter Life Crisis

Dari judulnya pun sudah jelas bahwa di tulisanku kali ini adalah bagaimana gambaran tentang "quarter life crisis" yang menerjang. well, saat ini usiaku genap memasuki tahun ke 24. Dan, quarter life crisis ini pun mulai menjangkit di usia ku ini. Tidak hanya aku saja yang mengalami, bahkan aku yakin semua pun pasti mengalami.


Di internet pun sudah menjamur artikel yang membahas mengenai fenomena yang menjangkit para manusia berusia 20 tahunan ini. Usia krusial yang banyak tuntutan dan beban. Banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang menghantui setiap kaki melangkah. Pertanyaan biasanya hanya basa-basi belaka atau emang perhatian dengan kita. Well, ku akui orang Indonesia itu ramah dan penuh perhatian. Sampai-sampai pertanyaan sering terlontar untuk "kepo" tentang diri kita. Pertanyaan yang sering mampir di telingaku saat ini adalah, "Kapan nikah?". Buibu dan Pakbapak yang aku hormati, aku belum bisa menjawab pertanyaan itu. Masih ku diskusikan dengan Allah, tentang kapannya. Kan Allah menentukan kapan setelah aku bener-bener siap lahir dan batin. Jika saat ini aku masih berseliweran dengan status single, berarti Allah tahu bahwa aku belum siap untuk mengenggam sebuah amanah dalam berumah tangga. As simple as that jika kita bisa memahami satu sama lain. Hidup ini kan perlu memahami satu sama lain, bukan menge-judge ataupun memojokkan orang. 

"Banyak teman-temanmu atau saudaramu yang seumuran denganmu sudah menikah bahkan punya anak" 

Ya, itu mereka bukan aku. Sekali lagi aku jelaskan, mereka begitu karena sudah siap mental dan tentu sudah siap jodohnya.

 "Kamu kok masih sibuk dengan duniamu sendiri?"

Itu tandanya Allah masih memberikan kesempatan kepadaku untuk menyiapkan mental, psikis dan materi untukku melangkah ke jenjang selanjutnya. Daripada kita memaksakan kehendak bahwa kita belum siap, bukankah lebih baik kita memperbaiki diri supaya jodoh kita pun baik. Ingat, jodoh adalah cerminan diri kita. Kalau kitanya masih amburadul dan mau punya pasangan yang sudah tertata hati dan pikiranya, ya ngaca dulu.  Apakah kita sudah seperti jodoh yang kita inginkan? Jika belum, lekaslah berbenah. Reminder to myself too. 

"Kapan diangkat jadi PNS, kan sudah mengabdi selama satu tahun"

Allah yang tahu jawabannya. Aku sudah berusaha semampuku untuk mengikuti tes di Kemenkeu, namun ternyata itu bukan rejekiku. Ya, sabar. Mohon doanya.  :))

"Apa lebih baik melanjutkan S2 saja?"

Punya rencana s2 saat sudah jadi PNS, karena untuk pustakawan yang statusnya honorer itu eman-eman jika s2. Perihal gaji sih. Kecuali kalau sudah punya NIP a.k.a sudah jadi PNS, itu bisa menaikan jabatan gitu kan sesuai jenjang pendidikan. Lagian aku juga tidak berniat untuk menjadi dosen. Aku lebih nyaman jadi pustakawan, dengan ini aku bisa dikeliling buku-buku dan aku bisa melahapnya tanpa sisa. Lalu aku bisa mengelola perpustakaan dan meningkatkan minat baca siswa. Karena saat ini minat baca siswa pun sangat kurang. Itu adalah tugasku sebagai pustakawan untuk membuat siswa nyaman di perpustakaan dan memanfaatkan buku atau fasilitas yang telah disediakan perpustakaan tempat dimana aku mengabdi. 

"Apa tujuan hidupmu sesungguhnya?"

Sejatinya, kita hidup untuk siapa sih? diri sendiri kah? keluarga kah? orang lain kah? 
Kalau menurutku sih, setelah melewati berbagai lika-liku kehidupan selama 24 tahun berada di bumi, tujuan hidup semata adalah untuk beribadah kepada Allah. Dan melalui orang tua, kita harus berbakti untuk membahagiakan mereka yang telah menyayangi dan menjaga sampai kita mengerti makna hidup ini. Dan melalui orang tua aku pun beribadah kepada Allah untuk membuat kedua orang tua bahagia,  kita akan mendapat pahala dan bisa mengumpulkan untuk bekal akhirat kelak. Ingat, dunia ini hanya sementara. Manfaatkanlah waktu yang tersisa untuk beramal sebanyak-banyaknya, memperbaiki diri untuk menjadi calon penghuni surga. Bahkan saat ini pun aku masih jauh ilmunya, namun terus menggali untuk mengetahui Islam lebih dalam supaya hidupku di dunia ini berfaedah. Supaya selamat dunia akhirat. Keep on the right path with Allah's guide. 

Terus berdoa kepada Allah untuk menjaga diriku agar tetap beriman kepadaNya. Aku butuh Allah untuk melewati semua ini dengan bijak. Untuk memiliki hati yang tidak pernah membenci, selalu berpikir positif tentang kehidupan ini, dan mudah untuk menyebarkan hal positif kepada semua orang.

Diatas adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering masuk di telingaku. Namanya juga hidup, pasti penuh warna. Dan jawabannya ya gitu-gitu saja. Entahlah yang namanya manusia memang suka kurang puas terhadap apa yang diterimanya. Terkadang pertanyaan-pertanyaan itu terlalu membebaniku dan terkadang merasa tertekan karena pertanyaan-pertanyaan itu tidak datang 1 atau 2 kali. Lebih. Mau tak mau aku harus memaklumi, walaupun kadang gerah dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setiap orang punya privasi masing-masing,alangkah damainya hati ini jika kita saling menjaga privasi satu sama lain. Namun balik lagi ke niat sih, terkadang orang-orang bertanya karena ingin basa-basi atau mencari topik dengan kita. Karena untuk usia 24 keatas itu adalah masa dimana pertanyaan "kapan nikah?" akan berseliweran. Setelah bertanya, bukankah lebih baik jika di doakan?

Saat usia semakin menua, aku pun sadar, bahwa teman-teman yang dulu tersebar dimana-mana sekarang hanya tersisa beberapa yang tinggal. I prefer quality above quantity. Beda dulu ketika jaman masih merantau di Semarang, quantity is number one. Cause I think that I cant live alone, I need so many people in my life. But, Now its different. I need some people who can understand me, know me so well and help me to growing up. 

Dan semakin kesini pun akan lebih memahami mana yang penting dan mana yang nggak penting. Kita tumbuh. Kita berproses. Dan aku tahu untuk melewati ini semua pasti berat. Kita harus bersedia berjinjit di atas duri, melewatinya dengan sabar dan ikhlas. Kadang ekspetasi lebih indah daripada realita, tapi kita harus menerima realita itu. Perlunya kebijaksanaan dalam umur segini adalah untuk survive in lifeKita gak bisa terus-terusan bergantung dengan orang lain. Kita harus bisa berdiri sendiri. 

Kita pun harus belajar untuk menerima ketentuan Allah yang sudah Ia takdirkan untuk kita. Percayalah, Allah memberikan yang terbaik buat kita dan yang kita butuhkan. Perihal jodoh yang akan melengkapi kita, bersiap-siaplah.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (Q.S Al-Baqarah[2]: 216)

Kadang kita sok tahu dan merasa bahwa sesuatu itu baik untuk kita. Namun Allah maha tahu segalanya, mungkin itu tidak baik untuk kita. Bahkan sebaliknya. Yang harus kita lakukan adalah untuk percaya dengan kuasa Allah. Kita hanya manusia dan berupa butiran sel di dunia ini, tak ada apa-apanya dengan Allah yang maha besar. So, just let it flow and think wisely. We have to put trust on Allah.

Dalam masa quarter life crisis ini, mau tak mau kita harus melewatinya. Just enjoy the moment dan gunakan ini sebagai pendewasaan diri. Semakin matang usia kita, banyak yang perlu di pikirkan. Tentunya kita menjaga nama baik diri sendiri. Tindak tanduk kita pun harus dipikirkan. Tidak seperti kita ketika masih dibangku sekolah. 


Ya bagi kalian yang tengah bertahan dalam fenomena quarter life crisis, aku ucapkan selamat datang di dunia orang dewasa. Siap nggak siap kita harus siap! Semangat aja untuk menjalani hari-hari. Entah itu jodoh, pekerjaan, keluarga dan semua yang mengendap dalam pikiran kita, wishper words of wisdom... let it be.


Post a Comment

silahkan berkomentar sesuka hati disini..

My Instagram

Copyright © Amirotul Choiriah . Blogger Templates Designed by OddThemes