Kebanyakan
orang bilang bahwa masa-masa paling indah adalah saat masa SMA. Namun bagiku
tidak, justru yang paling indah adalah masa ketika kita duduk dibangku kuliah. saat
kita kuliah kita sedang berada di posisi antara dikatakan dewasa, ya belum tentu
juga, dikatakan anak kecil ya gak sesuai dengan kenyataanya. Belum terlalu
dewasa tapi tidak mau dikatakan anak kecil. Dari pergulatan batin itulah yang
akan membentuk diri kita.
Kuliah di
perantauan mengajarkanku arti perjuangan. Merantau di Semarang untuk kuliah di
Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Diponegoro membuatku mengerti makan
hidup. Aku harus bisa bertahan sebagai anak kos, harus pintar untuk mengatur
uang, karena kalau habis sebelum masa transferan rasanya tidak tega untuk
memberatkan orang tua. Soalnya uang saku perminggu sudah dijatah orang tua,
bagaimana pun juga harus pas seminggu. Hal itu lah yang mengajarkanku untuk
hidup apa adanya, kalau mau beli sesuatu ya nabung. Kalau mau jalan-jalan
kemana ya, puasa dulu.
Orang tuaku
memang menjatah uang saku perminggu, mereka tidak mau memberiku sebulan penuh. Cause
my parent know me so well. Kalau sebulan breg dikasih uang buat biaya hidup
sebulan, dua minggu setelahnya bakal gak makan. Nah makanya tuh uang sakunya
perminggu aja. Itu juga bisa melatihku untuk hemat. Maklum, pas-pasan. Gak bisa
seenaknya untuk foya-foya. Paling banter di biaya makan. Aku orangnya gak bisa nahan
leper dan mudah laper.
Setelah
sidang skripsi, aku pun menunggu wisuda yang akan berlangsung bulan April. Jarak
antara Januari sampai April cukup lama. Aku belum mau pulang kampung untuk
membangun kotaku (ceilah), aku masih ingin menikmati masa perantauanku.
Aku pun
ikut rekrutmen Call Center SNMPTN dan SBMPTN 2016 yang dilaksanakan di Undip. Dan
alhamdulillah, aku lolos dan menjadi agen Call Center SNMPTN dan SBMPTN 2016. Proyek
itu berlangsung bulan Januari sampai Mei. Cukuplah waktu ku sembari menunggu
waktu wisuda. Jujur saja, untuk pulang
kampung dan menetap di Jepara (kampung halamanku) masih berat. Masih pengen di
Semarang aja!
Untuk menjadi agen call center kita dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi. Pelayanan terbaik kita persembahkan untuk masyarakat se-Indonesia yang ingin mengetahui informasi tentang SNMPTN dan SBMPTN. Para penelpon pun diantaranya dari pihak sekolah SMA/SMK/MA se-Indonesia dan para siswa/siswi. Tidak hanya telpon, layanan ini pun menggunakan tiket di web sehingga bisa melontarkan pertanyaan melalui website SNMPTN/SBMPTN. Jadi tugasku tidak hanya menerima telpon, tapi membalas tiket yang ada di masing-masing akun agen call center.
Banyak diantaranya
yang komplain tentang sistem penerimaan SNMPTN dan SBMPTN. Aku sebagai agen
harus tetap tersenyum menanggapi komplainan dari para pihak sekolah maupun
siswa. Bahkan ada yang pernah menelpon sampai 20 menit lamanya hanya untuk
sekedar komplain karena pendaftaran SNMPTN sudah selesai namun pihak sekolah
tersebut belum mendaftarkan anak didiknya. Aku yang mendapati telpon tersebut
hanya bisa menenangkannya dan minta maaf karena pendaftaran sudah ditutup.
Para penelpon
tidak hanya dari jawa saja, bahkan dari luar jawa pun banyak yang memanfaatkan
layanan ini. aku pun harus pasang kuping ekstra untuk menelaah pertanyaan apa
yang diajukan penelpon kepadaku, khususnya para penelpon diluar jawa. Bukan maksud
untuk mendeskriminasi, karena logatnya berbeda jadi aku harus berpikir keras
untuk mencerna. Aku sendiri pun posisi di jawa jadi terbiasa dengan logat jawa
atau indonesia, kalau diluar jawa kan aku gak terbiasa.
Tidak selamanya
call center ini ramai akan penelpon, adakalanya sepi penelpon. Jadi dimanfaatkan
untuk buka-buka lowongan kerja ataupun browsing-browsing di internet.
Menjadi
agen call center bukan hanya sebagai batu loncatan untuk mendapatkan kerja
lebih baik. Lebih dari itu, aku bisa belajar banyak hal dari sini. Apalagi ini
pertama kalinya aku benar-benar bekerja sebagai tenaga profesional dengan
menggunakan nametag dan pakaian formal serta bekerja selama 6 jam lamanya. Kadang
shift siang kadang shift pagi, tergantung jadwal. Dan aku mendapatkan uang dari
hasil kerja kerasku. Setidaknya aku tidak minta uang saku kepada orang tua
selama aku bekerja sebagai call center ini. Dan beruntungnya lagi, di kantor
pun aku mendapatkan makan dan snack. Makmur kan, lumayan anak kos! tapi kalau
untuk kos-kosan tentu saja masih minta bantuan orang tua, karena gaji dari call
center ini cukup untuk jajan dan biaya hidup sehari-hari. Setidaknya bisa
membantu meringankan beban orang tua lah ya~
Para agen
call center terdiri dari berbagai jurusan di Undip. Sehingga aku bisa menambah
banyak relasi disini. Senangnya, teman makin banyak. Rata-rata memang mahasiswa
tua yang menunggu wisuda atau jadwal kuliahnya sedikit dan yang sedang
skripsian. Memang dipilih seperti itu, karena call center ini tidak main-main
dan menuntut keprofesionalitasan yang tinggi. hal ini menyangkut nasib anak
bangsa yang ingin kuliah melalui jalur SNMPTN/SBMPTN.
Perjuangan sekali
ReplyDeleteKak, kalau mau verifikasi nilai snmptn tapi ga ada tombolnya gimana ya?
ReplyDeleteBlm dapat konfirm kah kak? Boleh sharing jawaban dong
Delete