Jingga Di Ketinggian (Sikunir, Dieng)


Sehabis sholat isya aku dan rombongan bersiap untuk melakukan perjalanan malam.  Perjalanan yang bisa dipastikan memakan waktu cukup lama ini kami nikmati dengan mengendarai motor. Sikunir, Dieng, adalah tujuan destinasi kami.
Aku sangat asing dengan rombongan ini. ini adalah perjalanan dari berbagai jurusan. Ada dari Ilpus (aku, ratna, blu, diki dan ardha), teknik kimia dan akuntansi. Lalu kami saling berkenalan satu sama lain. Lumayan, menambah teman baru. Dan ternyata, anak akuntansi ini adalah temen deketnya Nidza, temen kkn-ku. Dunia memang sempit.
Perjalanan di mulai dari Tembalang menuju kota wonosobo. Melewati bandungan lalu sumowono. Di Sumowono terlihat jelas kerlap-kerlip lampu kota dari dataran tinggi. Aku menikmati deburan cahaya yang bagaikan bintang di dataran. Bila lihat keatas, bintang-bintang di angkasa terlihat kerlipnya yang indah. Lalu, ku tengok kanan kiri, bintang-bintang lampu juga tak kalah indahnya.
Perjalanan menempuh waktu yang cukup lama dengan kilometer yang panjang.  Melewati Temanggung, kota tempat aku KKN. Dan aku, teringat akan kenangan yang masih melekat jelas saat KKN, menyusuri kota Temanggung. Hanya untuk jalan-jalan menghilangkan penat, atau misi untuk belanja acara perpisahan KKN. Jalanan kota Temanggung, membuatku rindu akan KKN.
Setelah Temanggung, menuju ke wonosobo. Dingin sudah menyelimutiku. Sampai kledung, jalanan macet. Cukup lama berenti sejenak menunggu. Sampai akhirnya jalan lagi. Di kledung, kerlipan lampu rumah-rumah di dataran tinggi tak kalah menariknya dibanding Sumowono. Bener-bener keren. Aku suka kerlipan lampu-lampu yang terpancar bagakan bintang dilangit.
Melewati sindoro-sumbing. Bayangan gunung kembar itu terlihat. Gunung kembar yang sangat gagah, ingin sekali aku menaklukannya, but when?
Sampai di Dieng. Udara dingin makin menusuk menembus jaket. Perjalanan dari gerbang utama menuju sikunir cukup jauh. Aku menggigil karena udara yang sangat super duper dingin. Masih di motor, kaki ku gemetaran. Perjalanan masih cukup jauh.
Sampai disuatu tanjakan, ada suatu insiden. Di tengah sepinya jalan dan pekatnya malam, tiba-tiba salah satu motor dari rombongan kami ada yang mogok. Mesin motornya kepanasan, sampai berhenti mendadak. Lalu, kami semua pun berhenti. Motor pun diutak-atik dan coba di gass berkali-kali, tapi nihil. Namun, suatu keajaiban pun datang, motornya akhirnya bisaa.. perjalanan kembali dilanjutkan.
Sampai di desa terakhir Dieng, desa tertinggi, kami pun mulai menyusuri jalan untuk menuju Sikunir. Namun, karena ketidaktahuan kami atau ada yang lupa, kami kesasar. Yang seharusnya belok, malah lurus. Yaa.. balik lagi deh.
Lalu, sikunir pun di depan mata. Menuju parkiran, mengistirahatkan motor yang telah menempuh perjalanan berjam-jam itu. Beberapa ada yang mencari spot untuk mendirikan tenda, yang sebagian menghangatkan tubuh dengan makanan dan minuman panas di warung sekitar parkiran sikunir. Aku membawa pop mie dan meminta air panas sang pemilik warung lalu aku juga memesan minuman susu coklat panas.. eumm mantap, sedap, susu coklat panas dipadukan dengan udara yang dingin.
Tenda sudah berdiri. Kami pun beranjak dari warung menuju tenda. Ternyata, tenda berdiri di dekat danau. Karena malam, semua gelap, aku tidak bisa melihat pemandangan dengan jelas. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur saja.
Tidur di tenda tanpa adanya matras. Untung aku bawa sleepingbag. Tetap saja, dinginnnn! Aku yang lelah karena perjalanan yang panjang, tidur terlelap dipelukan dingin. 

Pagi-pagi sekali dibangunkan untuk mengejar sunrise sikunir. Sumpah ya, dingin banget udaranya. Mulutku mengkatup-katup, gigiku gemertak dan badanku menggigil.
Perjalanan dimulai. Aku belum tahu setinggi apa sikunir ini. aku hanya memakai celanan jeans dan sepatu kets. biasanya aku kalau naik gunung memakai celana lapangan atau trining, kalau pakai jeans kurang nyaman gitu. Tapi mendengar kabar bahwa sikunir ini pendek, gabegitu tinggi, aku pun memakai jeans saja.
Terus berjalan menyusuri kegelapan malam. Aku gak bawa senter. Malam ini disinari oleh bulan yang benderang. Tanjakannya pun seperti tangga. Di tengah perjalanan, tiba-tiba.. aku merasakan pusing. Ini gejala kekurangan oksigen di otak. Karena kelelahan perjalanan yang jauh, tidur lelap lalu bangun langsung jalan, jadinya aku mengalami ini.
Aku pun duduk di tangga dan ditungguin sama temen-temen baru ku ini. setelah aku baikan, perjalanan kembali dimulai. Salahnya aku kemarin-kemarin gak olah raga, jadi aku ngos-ngosan melewati tangga-tangga ini.
Sampai puncaknya sikunir, langit masih gelap. Udara dingin terus menyergap. Apalagi kami di puncak Cuma berdiri menunggu sunrise tidak melakukan aktivitas apa-apa. Alhasil, udara makin kerasa dingin. Tidak hanya udara saja yang mengganggu, tapi debu ini bertebaran dimana-mana terbawa oleh angin yang cukup kencang. Aku pun memakai masker untuk melindungi dari debu dan udara yang dingin.
Setelah lama kami berdiri menunggu, akhirnya sedikit demi sedikit langit mulai menjingga. Lampu-lampu kota pun terlihat kerlipnya. Perpaduan yang indah, warna jingga, kerlipan lampu kota dan bayangan sindoro sumbing.
Matahri pun sedikit demi sedikit menampakkan diri. Awan-awan diantara gunung pun terlihat. Samudra awan mereka memanggilnya. Jujur saja ini pertama kalinya aku melihat awan begitu dekat dari mata. Melihat awan dari atas. Melihat sunrise di atas ketinggian. My first experience. Im so excited!
Tak lupa aku mengabadikan momen ini. foto-foto dengan langit menjingga dan ada awan diantaranya serta gunung sindoro sumbing. Namun aku kurang leluasa karena puncaknya ini rame dipenuhi orang. Sampai foto selfie pun tak luput dari orang yang berdiri dibelakang.
Matahari mulai tampak jelas dan warna jingga berubah menjadi biru cerah. Waktu mulai siang. Awan-awan pun terlihat jelas dan gunung kembar itu sangat kokoh berdiri gagah.
Kami pun mulai turun. Dan tak pernah ku bayangkan sebelumnya, panorama yang disajikan benar-benar~ ah aku tidak tahu harus mendeskripsikan ini bagaimana. Lebih dari sekedar indah, super amazing! Bukit-bukit berwarna hijau serta perkebunan berjajar rapi. 


Sampai di tenda kami. Lagi-lagi mulutku mengaga lebar. Mengagumi setiap gambaran yang tertangkap oleh mata. Danau yang luas serta bukit hijau yang menjulang. Bagus banget~
Jajaran warung pada buka lapak dan menawarkan makanan dan minuman hangat. Kami pun beristirahat di warung. Matahari sudah mulai menjulang namun udara dingin pun masih terasa.
setelah puas menikmati sikunir kami pun peking. Kami memutuskan untuk pulang. Kami menuju ke parkiran untuk memanasi motor. Perut kerucukan pertanda lapar.
Sepanjang perjalanan pulang, lagi-lagi aku terkesima dengan pemandangan menakjubkan yang disajikan oleh Dieng. Perkebunan terasering yang warnanya hijau, menyegarkan mata dan otak. Lalu aku bisa melihat awan-awan dengan jelas dideretan kebun-kebun tersebut.
Sayang banget gak sempat menikmati wisata Dieng yang lain. Seperti telaga warna, teater, candi-candi dll. Kami hanya lewat dan aku pun melongo. Telaga warna pun hanya terlihat dari jalanan yang aku lewati dan itu pun dari kejauhan. Tapi lain waktu bila ada kesempatan akan aku kunungi semua wisata Dieng tanpa terkecuali, termasuk gunung yang pengen aku daki, yaitu Prau. Semoga tahun 2015 ini bisa terwujud. Ayo semuaa, berkataa “Amiiinn”.
Kami mampir dulu ke warung untuk mengisi perut yang sudah mulai berdendang. Dengan lahap aku memakanan soto yang aku pesan. Tak lupa teh hangat yang menghangatkan dikala dingin menyahut-nyahut.
Ada es krim, wuu harganya cuman 2.000 aja. Aku pun membelinya. Dingin-dingin makan eskrim, bodo amat~ penjual eskrimnya pun unik. Ada lagunya tsendiri yang disetel dengan keras pakai speaker.
Setelah itu kami pun pulang. Perjalanan ini betul-betul melelahkan. Aku pun sempat tidur di jalan. Hehe, maap yak! Namun aku sangat menikmati touring bersama ini. menambah teman dan pengalaman. Ini adalah touring terjauh yang pernah aku lakukan. Duduk berjam-jam di motor. Walaupun capek, tapi keindahan akan panorma yang disajikan oleh Sikunir,Dieng ini membuatku tak memperdulikan soal capek dan lelah. Impas. Impas. Rasa lelah digantikan dengan pemandangan yang membuatku berdecak kagum. Dan Dieng membuatku ingin kembali kesana untuk menikmati keindahan lain yang disediakan.
Next time, wait me!

2 comments :

  1. Pengen deh bisa naik motor biar bisa turing kayak kamu :(
    Visit blogku ya tips-cantiks.blogspot.com

    ReplyDelete

silahkan berkomentar sesuka hati disini..

My Instagram

Copyright © Amirotul Choiriah . Blogger Templates Designed by OddThemes