Gunung merapi dengan ketinggian 2968mdpl menjadi tujuan petualanganku kali ini. Setelah kkn dan aku bertemu dengan orang-orang yang memiliki kesenengan yang sama, akhirnya ada sebuah ajakan untuk menikmati indahnya gunung yang masih aktif ini. Ajakan ini berasal dari Mas Khanif, lalu dia mengajak aku dan Desta. Dari kkn Kemiriombo, cuman kami bertiga yang suka dengan pendakian gunung. Lalu kurang afdol rasanya kalau cuman bertiga, akhirnya mas Khanif memintaku untuk mengajak Blue, teman sepermainanku yang memiliki kesenengan yang sama.
Kami bergabung dengan anak
Administrasi Bisnin Undip untuk melakukan pendakian kali ini. Setengah delapan
pagi kami bersiap untuk kumpul di GSG. Ohya, kami juga melakukan packing
bersama sebelum pemberangkatan. Tepatnya semalam sebelum hari H. Packing
bersama jam 12 malam. Dikarenakan aku dan Blue main dulu ke Semawis sedangkan
mas Khanif asyik ngapelin ke rumah cewenya, jadi packing mulainya malam banget sampai larut malam deh. Ee Destanya malah
ketiduran gaikut packing. Jadinya yang packing cuman kami bertiga.
Packing bersama selesai pukul 02.30.
malam semakin larut dan tibalah pagi. Jujur saja setelah packing itu aku gak
bisa tidur. Entahlah, ada sesuatu yang mengganjal. Apalah itu, hanya Tuhan yang
tahu dan aku tidak dapat mendefinisikan secara jelas.
Pagi harinya kami berkumpul di GSG.
Dan ternyataa.. ada Aji dan Mirza juga yang ikut rombongan kami. Secara mereka
juga dari Administrasi Bisnis. Dunia semakin sempit saja.
Setelah tunggu-tungguan akhirnya
kami berangkat menuju Boyolali. Perjalanan memakan waktu 2jam-an. Kami
menggunakan sepeda motor. Rombongan kami berjumlah 17orang. Dan aku tidak
mengenal siapa pun anak administrasi bisnis selain Aji dan Mirza.
Kami sampai di Basecamp Gunung Merapi untuk menitipkan motor. Lalu kami
mulai melewati tanjakan untuk menuju New Selo, gerbang menuju Gunung Merapi.
Tanjakannya lumayan tinggi. Ngos-ngosan aku dibuatnya. Tapi tetep semangat dan
ceriaa.. the real adventure has started ! aku semangat banget melakukan pendakian
kali ini. Pendakian pertama setelah Gunung Ungaran yang berkali-kali, akhirnya
aku naik gunung juga selain Ungaran.. lapisan tekadku untuk menaklukan Gunung
Merapi itu sekeras baja.
Sesampainya di New selo, tak lupa
untuk sholat karena waktu sudah menunjukan
Dzuhur. Sholat pun sekenanya, disitu tidak disediakan tempat ibadah yang
nyaman. Akhirnya sholat di gazebo dengan hembusan angin yang sangat kencaaang,
membuat rukuhku berkibar-kibar.
Di New Selo ini kita bisa melihat
pemandangan yang subhanallah sekali. Pemandangan yang keren abis. Panorama
Gunung Merbabu yang cantiik sekali bisa terlihat jelas dari New Selo ini.
Hamparan sawah terasering dan pemukiman
penduduk bisa terlihat bagaikan lukisan alam yang nyata.
Subhanallah Gunung Merbabu,
cantiknya~
Eeettss tapi aku tidak melakukan
pendakian di gunung merbabu loh, tapi di gunung merapi. Jadi, posisinya merbabu
itu berhadapan pas dengan merapi. Jadi ketika kita di merapi kita bisa melihat
jelas indahnya gunung merbabu. Tinggal tengok kebelakang, uuu merbabu~
Pendakian yang sesungguhnya segera
dimulai. Pertama-tama kami melewati jalan setapak dan di sisi kanan kita bisa
melihat perkebunan warga. Lahan yang luas dan ditanami oleh sayuran serta di
sisi kiri terdapat juga turunan kelihatannya seperti jurang namun tidak
seram-seram amat.jadi kayak pohon-pohon gitu.
Jalan setapak ini dipenuhi oleh debu
dan terus menanjak tinggi-tinggi cekali.
Perlu ekstra hati-hati karena licin. Jalanan ini penuh debu karena bekas
semburan lahar pas kejadian meletusnya merapi itu. Dan bekas dari debunya masih
menumpuk di jalur pendakian merapi.
Di tengah jalan kami berpas-pasan
sama anak ksr. Gak sengaja banget kami bertemu disini. Bedanya, ketika aku mau
naik lalu anak ksr-nya turun. Jadi, mereka lebih awal ke merapinya sebelum aku.
Lucunya melihat muka mereka yang penuh dengan debu. Duh aku jadi was-was,
keesokan harinya setelah aku turun mukaku kayak apa yaa~ apa kayak aji d16,
masferdian dan laiinya yang penuh dengan debu?
Jalanan terus menanjak dan semangat
masih menggebu-gebu. Pasang masker dan sarung tangan karena debu ini membuat
hidung penuh dengan upil warna item. Akhirnyaaa.. alhamdulillah setelah
tanjakan yang terus terusan, akhirnya ada bonus dataran. Kami pun istirahat
sejenak untuk melepas lelah yang mendera.
Kami beristirahat di dekat kebunnya
warga. Pemandangan depan kamiii.. uuuu merbabu men! Gilak, semakin keren.
Apalagi ada awan-awan yang mengelilingi puncaknya serta menambah daya
kecantikan merbabu.
Setelah puas foto-foto lalu kami
segera melanjutkan perjalanan kembali. Banyak pendaki yang melewati kami. Ada yang mau naik ataupun turun. Lalu kami selalu
menyiapkan senyum menyapa sesama penikmat alam. “mari mas..” “nutrisari..”
setiap kami berpas-pasan dengan yang mendahului kami apa pas turun melewati
kami. Tak jarang kami saling bertanya.. “dari mana?” “berapa orang?” basa-basi
sesama pendaki untuk menambah teman serta menghargai satu sama lain.
Tanjakan demi tanjakan
kami lalui. Semakin sore semakin cantik saja. Apalagi sisi kanan kami bisa melihat
awan-awan yang bergelantungan dan serasa dekat dengan kami. Langit warna orange
menambah kecantikan suasana pendakian ini. Keringat berpeluh-peluh tak
menghalangi semangat untuk mencapai puncak tertinggi gunung merapi.
Lalu kami melewati tanjakan yang
penuh batu-batu besar. Perlu semangat dan tekad yang lebih keras untuk melewati
ini semua. Tidak hanya batu-batu namun pasir-pasir sisa erupsi pun masih ada.
Perlu kesabaran. Pantang mengeluh tapi nikmati saja perjalanan yang menguras
tenaga ini. Bila capek, tengoklah kebelakang.. kita disuguhkan pemandangan dari
gunung merbabu, obat segala rasa lelah. Lalu kita melanjutkan perjalanan dengan
penuh semangat melewati segala tanjakan, batuan dan pasir..
Hari semakin gelap. Penerangan dari
alam semakin minim. Sayangnya persiapan kami kurang. Aku dan mas Khanif tidak
membawa senter (ups, sworry~) serta Desta membawa headlamp (sayangnya, batrenya hampir habis) dan harapan kami satu-satunya adalah
Blue, dengan senter hapenya sebagai penerang kami dalam pelita malam.
Kami berempat terpisah dari
rombongan anak bisnis. Jadinya kami tertinggal hanya berempat saja. Ditengah
langit yang sudah terlalu gelap, semakin tinggi tempat kami berpijak semakin
kencang pula angin yang berhembus. Tidak hanya angin saja,namun kabut pun
sangat tebal sekali. Dingin menyergap kami. Tapi kami tak lantas lengah atau
pun berhenti. Kami tetap lanjut melanjutkan perjalanan sampai pada tempat camp
di pasar bubrah.
Sepi sekali hanya tinggal kami
berempat dan takada orang selain kami. Kabut mengahalangi pandangan mata kami.
Senter pun hanya dari Blue yang masih menyala terang, serta headlamp-nya Desta
yang semakin kesini semakin redup nyalanya. Semua aku pasrahkan pada Allah.
Mulut terus berdoa. Berusaha untuk tidak mengutuk atau pun mengeluh.
Kami melewati tanjakan berupa
batu-batu. Kabut pun semakin tebal. Angin juga kencang menerpa. Terus berjalan
berharap semoga kami melewati jalanan yang benar dan tidak kesasar.
Pada akhirnya kami mendengar hingar
bingar. Namun semua terasa gelap karena angin yang keras dan kabut. Apakah kami
sudah dekat dengan pasar bubrah? Itu pertanyaan kami. Terus saja kami berjalan.
Ada cahaya yang berkilau ditengah kabut, pertanda ada yang ngecamp di
dekat-dekat kami berdiri. Terus saja berjalan ditengah tebalnya kabut. Lalu
kami melewati sebuah bangunan. Entah ini bangunan apa tapi bentuknya seperti
rumah gitu. Aku bergidik ngeri namun aku tak mau memikirkannya terlalu dalam.
Terus saja berjalan ke suara hingar bingar itu.
Daan.. akhirnya sampailah kami di
pasar bubrah. Destinasi kami untuk mendirikan tenda. Banyak sekali ternyata
yang mendirikan tenda disini. Kami bertemu Nana salah satu rombongan kami, anak
bisnis. Kami dibantu untuk mendirikan tenda. Perlu waktu yang lama untuk
mendirikan tenda berkapasitas 4 orang ini. Hampir dua jam kami berkutat dengan
tenda yang belum bisa berdiri dengan tegak dan gagahnya. Lalu dapat tawaran
dari Nana untuk bergabung di tenda sama anak bisnis. Tapi kami mencoba dulu
untuk mendirikan tenda. Berkali-kali dicoba tapi hasilnya nihil.
Akhirnya kami tahu masalah yang
terjadi, kesalahan kenapa tenda ini tidak bisa berdiri dengan tegak adalah
kesalahan pemasangan frame-nya. Awalnya kami memakai framenya untuk teras bukan
untuk badan tendanya. Setelah dicoba dengan frame yang benar,alhamdulillah
tenda bisa berdiri dengan tegak dan kami siap untuk segera masuk ketenda,
mengingat angin diluar sangat kencang dan dingin mulai menembus jaket dan
merasuk ke kulit. Brrrr~
Perut pun tak kuasa menahan lapar
yang mendera. Di dalam tenda kami mulai memasak mie. Tapi apa yang terjadi??
Kompornya tidak bisa diajak untuk sahabatan. Kompornya ngambek gak mau
berfungsi, untungnya sebelum kompornya ngambek, kami sudah memasak air panas
dan satu mie rebus . Tapi ketika memasak air panas itu penuh pengorbanan, entah
apinya yang terlalu ganas atau tiba-tiba terdengar suara letupan dari kompornya
itu. Ngeri kan? Yasudah, akhirnya kami hanya makan 2 popmie dan satu mie rebus
untuk empat orang. Serta tak lupa makan biskuit gandum kacang untuk mengisi
perut yang masih kelaparan. Entahlah besok kami sarapan apa, #mikirkeras.
Malam semakin larut. Suara-suara
masih terdengar diluar sana. Namun terdengar ada juga beberapa suara derap
langkah yang menyatakan mereka baru saja sampai di pasar bubrah lalu mulai
mendirikan tenda. Dan Angin pun semakin kencang, bisa terasa dari tenda yang
kena hembusan angin dengan keras.
Pagi mulai menyapa. Aku pun
terbangun dan mulai keluar dari tenda. Ta lupa pakai jaket karena udara dingin
masih saja menggelayut. Begitu aku
keluar dari tenda, mulutku langsung mengangalebar. Saking kaget, kagum dan gak
nyangka banget aku melihat ini semua. Aku merasa tersesat di antah berantah.
Ini yang namanya pasar bubrah.
Sebuah tanah lapang yang memiliki banyak
batuan serta pasir berwarna putih. Tidak ada pohon yang tumbuh disini. Hanya
batu-batuan dari yang besar dan kecl itu ada. Semua bewarna abu-abu. Aku
seperti berada di planet lain yang sering diceritakan di film-film luar negeri.
Aku terus berjalan menyesuri
lapangan luas ini untuk mencari Desta
dan mas Khanif yang udah bangun duluan. Aku terus berjalan menuju lukisan
gunung merbabu yang terlihat jelas dari pasar bubrah ini. Dari pasar bubrah ini
aku bisa melihat jelas lautan samudra awan yang mengelilingi pasar bubrah. Dari
belakang aku bisa melihat dengan jelas puncak gunung merapi. Gunung yang
berwarna abu-abu ini berdiri dengan gagah menawarkan sebuah petualangan seru
bila kita dapat menaklukan puncaknya.
Aku bertemu Desta dan mas khanif.
Tak lupa kami foto-foto mengabadikan momen ini. Dari pasar bubrah ini kami bisa
melihat sunrise. Awan berwarna ke oranye karena berpadu dengan matahari. Takj
lupa aku bisa melihat samudra awan dengan jelas di pasar bubrah ini. serta
pemandangan merbabu yang cantik di pagi hari. Semakin lama matahari tak
malu-malu lagi untuk menampakkan dirinya secara utuh. Biasanya aku hanya
melihat sunset dilaut, kali ini aku melihat sunrise di gunung!
Jam 07.00 kami mulai untuk
perjalanan selanjutnya. Perjalanan ini membutuhkan tekad yang kuat karena medan
ini tidak main-main. Puncak ! dari pasar bubrah aku melihat dengan jelas orang
yang naik atau pun turun dari puncak. Treknya tidak gampang. Kita akan beradu
dengan pasir, batu dan tanjakan.
Tanjakan menuju puncak ini sungguh
ekstrim. Tidak ada pohon disekitar sini. Yang ada hanya pasir dabbatu. Kaki
mulai melangkah melewati tanjakan berpasir ini. Terkadang kaki-ku masuk kedalam
pasir yang agak dalam dan berat untuk melangkah. Terkadang aku harus merangkak
lalu berpegangan dengan batu-batu. Namun jangan terlalu percaya dengan batu
untuk menjadi pegangan, karena ada batu yang alami dan tidak bisa jatuh alias
nempel disitu tapi ada juga batu yang sekali pegang langsung ikut terangkat
sehingga dapat berbahaya karena bisa membuat kita jatuh.
Jalanan semakin nanjak. Aku pun
terus merangkak terkadang berdiri dengan kaki yang berat karena penuh dengan
pasir yang masuk di sepatu. Debu-debu mulai menempel di mukaku. Aku sudah
pasang masker dan sarung tangan untuk meminimalisir debu masuk kulit.
Akhirnya aku mengalami ini, seperti
yang diceritakan di film 5cm pendakian kali ini. Waktu artis 5cm melewati
tanjakan untuk menuju mahameru. Nah seperti ini, jadi perjalanan puncak gunung
merapi ini seperempat dari perjalanan mahameru. Gilak, gak kebayang yang mahameru
itu kaya apa. Lahwong yang merapi aja ini udah ekstrim banget. Padahal
puncaknya deket kalau dari pasar bubrah. Tapi ya ituu...treknya bikin adrenalin
meningkat serta tekad semakin kuat karena sudah separuh perjalanan menuju
puncak. Rasanya pengen banget menyerah, tapi lihat kebawah... pasar bubrah
sudah jauh yang dekat adalah puncak. Otomatis semangat ku kembali aku pupuk
untuk menaklukan gunung merapi ini.
Merbabu dari Merapi |
Ada kejadian mengerikan. Ada batu
besar yang tiba-tiba turun dari atas. Lalu dari atas serempak meneriaki
“rock!!” ada juga yang bilang ”awas batu”.. kami yang masih setengah di
perjalanan mulai minggir dan mengambil langkah untuk menghindari benturan dari
batu itu. Ngeri banget.. kayak di 5cm! Untung tak ada korban dari batu besar
itu. Tidak hanya batu besar yang turun, batuan kecil pun juga kadang banyak
yang turun.
Puncak semakin dekaat.. batu-batu
yang besar mengiringi perjalanan kami. Terus menanjak, terus berpegangan dengan
batu yang bisa dipercaya. Terkadang aku merangkak seperti spiderman.
Menggunakan segenap kaki dan tangan serta kepala yang terus menengadah melihat
puncak yang semakin dekat.
Dekaat.. semakin dekaat.. kali ini
aku merangkak karena bila berdiri aku kesusahan. Akhirnya, Desta yang sudah
diatas puncak menjulurkan tangannya kearahku. Aku meraih tangannya. Daaan..
sampailan aku dipuncak gunung merapi !! waw, awesome, sugoiiiii.. gilak
perjuangannya gak main-main untuk sampai di puncak ini.
Puncak pertama yang aku berhasil
untuk melewatinya. Puncak pertama dengan rintangan yang susah. Alhamdulillah..
puncak gunung merapi!! Aku berdecak kagum dengan pemandangan yang tersuguh dari
puncak. Puncak ini Cuma berukuran beberapa meter saja, tapi memanjang. Disisi
kiri bisa kita lihat langsung kawah gunung merapi. di sisi kanan langsung
turunan yang curam ke arah pasar bubrah. Ekstra hati-hati bila berjalan di
puncak ini. Lengah dikit kalau engga terjatuh ke sisi kanan yaa ke sisi kiri.
Momen ini harus di abadikan
tentunya. Dengan kamera poket yang dibawa sam desta kami pun foto-foto dengan
background samudra awan yang terlihat menggumpal-gumpal seperti kapas putih
bersih serta langit biru yang cerah. Matahari pun tampak gembira dengan
sinarnya menyinari gunung merapi.
Waktu menunjukan pukul 09.00.
matahari kian meninggi. Saatnya untuk turun dari puncak. Aku bergidik ngeri
melihat medan yang terlihat jelas dari atas puncak ini. jalanan yang dengan
komposisi pasir dan bebatuan ini agak menyiutkan nyaliku.
Mau gimana lagi, masa iya aku mau
dipuncak sampai akhir khayat.. engga kan? Jalan satu-satunya untuk aku kembali
ke rumah ya dengan menuruni turunan ini.
Aku bulatkan tekad walaupun agak
takut-takut. Tapi ada Desta sama Mas Khanif yang menemaniku turun. Sampai pada
akhirnya Mas Khanif sudah duluan sampai ke bawah dan tinggal aku dengan Desta.
Desta terus saja dibelakangku. Well, jalanku lambat karena perasaa takut akan
pasir yang licin ini.
Sedikit demi sedikit aku
melangkahkan kakiku. Terkadang aku harus perosotan dengan kaki atau dengan
duduk. Tergantung medan. Dan mataku melihat jelas pasar bubrah yang terlihat
jelas dari atas. Ratusan tenda berdiri tegak seperti permen warna-warni bila
dilihat dari atas. Serta pemandangan
yang tak kalah keren dari gunung merbabu yang megah dikeliling oleh awan-awan.
Dan pada akhirnya sampai juga di pasar
bubrah. Lalu aku menengok ke belakang. “gilaaaa.. eksttrim bangett!!” kataku.
Tapi aku bersyukur bisa mengelahkan diriku untuk sampai ke puncak. Petualangan
kali ini sungguh mengesankan.
Puncak pertamaku. Gunung Merapi,
menyajikan sejuta keindahan dan menguji adrenalin. Menikmati setiap prosesnya
sampai akhirnya bisa kembali ke Tembalang. Melakukan perjalanan dengan
orang-orang baru dan harus menghormati kepribadian satu sama lain. Well, ketika
naik gunung sifat asli seseorang akan terlihat.
Walaupun perjalanan ini tidak
seratus persen sempurna, karena kelaparan paginya gara-gara kompor ngambek gak
mau nyala, tapi kekurangan itulah yang menjadikan pelajaran untuk melaksanakan
petualangan berikutnya lebih tertata dan persiapan lebih matang lagi. Serta
menjadikan ini semua sebagai cerita kelak dan menambah wawasan pada kami untuk
mengetahui sisi lain dari tanah air yang “so amazing!!”.
Aku yakini, ini bukan sekedar
perjalanan biasa namun perjalanan hati. Ketika kita bisa menekan ego
masing-masing untuk terus bertahan ditengah kekurangan dan menjadikan kita
pribadi yang lebih baik.
Post a Comment
silahkan berkomentar sesuka hati disini..