bukankah keselamatan itu yang paling utama?



Matahari tampak malu-malu memperlihatkan secercah cahayanya. Awan kelabu setengah mendominasi pagi ini. warna abu-abu menjadi latar perjalanan Dion ke kampus. Terkadang, terdengar suara gemuruh yang diciptakan langit. Mungkin, itu pertanda hujan akan mendominasi.
            Dion melakukan perjalanan ke kampus menggunakan sepeda motor kesayangannya. Sepeda motor itu diberi nama Jupi. Dion sangat sayang dengan motornya, sebab itu adalah kado yang diberikan oleh Ayahnya karena Dion berhasil lolos test masuk SNMPTN di universitas ternama dengan mengambil jurusan tak kalah kerennya, Teknik Arsitektur.
            Jarak tempuh rumah Dion dengan kampusnya cukup jauh, yakni 15km. Tentunya di ibukota suatu provinsi, macet pun menjadi sarapan pagi bagi pengendara yang bersiap pergi ke kantor ataupun sekolah. Setiap pagi Dion harus berhadapan dengan kemacetan dan padatnya lalu lintas di kota besar ini. Di semester 2 ini, jadwal kuliah Dion selalu dapat kebagian pagi hari pada pukul 07.00, otomatis dari rumah ia harus bersiap sebelum perkuliahan dimulai. Mengingat jarak tempuh cukup jauh dan dosen killer yang akan menyambut para mahasiswa di kelas, membuat Dion sering kalangkabut bila pagi hari. Kelas mata kuliah di pagi hari dengan dosen yang disiplin tepat waktu, membuat Dion bersikeras untuk tidak coba-coba telat. Akan ada hukuman menanti bila sekalinya mahasiswa mencoba untuk telat di kelas pagi.
            Pagi ini cuaca menunjukan tanda-tanda tak bersahabat. Di pertengahan desember, hujan sering mendominasi. Bau tanah menyeruak atas sisa hujan semalam. Dion bergegas untuk menuju kampusnya. Semalam Dion berkutat dengan tugas dari dosen dan membuatnya harus begadang. Akibat dari begadang tersebut jadilah ia bangun kesiangan. Kemudian ia bergegas menuju kampus dengan kecepatan tinggi yang mampu ia lakukan.
            Dari rumah, ia berpamitan berangkat kepada Ibunya yang sedang melakukan tugas rumah tangga. “makan dulu le, sebelum berangkat” kata Ibu dengan tatapan sejuk yang menentramkan hati Dion. “nggak buk, udah telat banget nih” Katanya sembari memakai kaos kaki ala kadarnya. “buk, berangkat ya” Dion pun melenggang begitu saja lalu mengambil helm dan motor yang bertengger di garasi. Tak lupa ia memanasi motor supaya motor tetap awet.
            Setelah 5 menit motor sudah panas dan siap untuk diajak bertempur di jalanan, Dion pun melaju dengan tergesa-gesa. Bel motor selalu mendominasi perjalananya bilamana ada motor yang hampir menyenggolnya. Ia pun terus melaju dengan kecepatan penuh. Keluar dari gang rumahnya, menuju jalan raya, motor-motor pun sudah banyak berseliweran. Untuk menggunakan kecepatan penuh, akan sangat berbahaya karena beberapa pengendara pun banyak dijalanan.
            Jalanan padat merayap. Gedung kampus Dion masih jauh dari jangkauan. Tak kuasa ia melipir dijalanan melewati celah-celah diantara mobil dan motor. Ia  pun menekan bel motornya ketika ada orang yang hendak menghalangi laju motornya. Bisa dikatakan Dion adalah penguasa jalan saat ini.
            Dalam kondisi laju motor yang kencang tiba-tiba ia tersontak ditengah perjalanannya. Derit rem dari perpaduan ban dengan aspal pun terdengar. Dion menekan rem sedalam mungkin. Didepan matanya sudah terdapat seorang anak kecil dan nenek yang berusaha menyebrang jalan. Dengan kondisi takut-takut, sang nenek dan anak kecil berhenti dikala motor Dion pun berhenti. Degup jantung Dion berdetak kencang mendapati keadaan didepannya. Atas laju motornya yang kencang dan fokus pikirnya pada kata “terlambat ke kampus” sehingga matanya pun tak melihat ada dua orang yang tengah menyebrang jalan. “untung ya Allah.. kau masih menyelamatkanku dan dua orang itu” kata Dion dalam hati.
            Dion pun mempersilahkan nenek dan seorang anak kecil itu menyebrang dengan tenang. Kemudian ia melanjutkankan perjalanan kembali. Jalanan masih ramai oleh lalu lalang mobil dan motor. Kecepatan laju motor Dion pun tak terbantahkan kencangnya. Dion sudah dapat peringatan oleh dua orang yang menyebrang tadi supaya lebih hati-hati dalam mengendarai tapi ia pun tetep kekeuh dengan laju motor yang kencang karena ia tak ingin terlambat dan mendapat hukuman dari dosen. 

            Pikiran Dion kemana-mana, antara fokus di jalan dan terlambat ke kampus. Benaknya berkata bahwa ia tak boleh terlambat, maka ia harus mengendarai secepat kilat untuk sampai kampus tepat waktu.
            Sampai di persimpangan jalan, kendaraan pun semakin semrawut. Macet panjang tiba-tiba terjadi sebab ada pohon yang tumbang ditengah jalan. Otomatis, pengendara baik itu mobil ataupun motor haru bergantian karena jalan yang bisa dilalui hanya sisi kiri. Dan waktu pun terbuang sia-sia karena macet ini. Dion pun menggerutu dalam hati. tiba-tiba saja tetesan dari langit terasa sedikit demi sedikit menyentuh tangan Dion. Tetesan air yang awalnya sedikit itu pun berubah menjadi banyak seperti ember besar dilangit yang tumpah ruah tanpa ampun. Hujan deras mengguyur tanpa aba-aba sebelumnya. Sehingga pengendara jalan pun belum sempat memakai pelindung diri berupa jas hujan. Dalam kondisi macet ini pengendara dijalan pun segera memakai jas hujan yang terletak di jok motornya. Mobil-mobil yang ada dibarisan jalan pun menekan bel dengan serentak karena pengendara motor mengehentikan motornya untuk mengambil jas hujan tanpa menepi terlebih dahulu. Macet makin panjang dan lama. Begitu pun Dion, ia segera memakai jas hujan untuk melindungi diri dan tasnya yang berisi tugas yang ia kerjakan semalaman suntuk.
            Perjalanan dilanjutkan lagi, namun kali ini Dion tidak bisa melaju dengan kencang karena motor dan mobil tumpah ruah di jalan utama menuju pusat kota. melewati pohon yang tumbang itu, perlu kesabaran yang ekstra. Sebab, pengendara dijalanan ini tidak sabaran. Maunya duluan tidak mau mengantri, kadang menyerobot dan menimbulkan kemacetan makin parah. Dering bel dari kuda besi yang padat merayap dijalanan ini pun jadi musik pagi berpadu dengan suara hujan yang menampar aspal.
            Setelah sukses menerjang kemacetan Dion pun melenggang dengan kencang diantara motor-motor yang juga melaju dengan kencang. Terlihat dari gaya mengendarai motornya, pada pengendara pagi ini nampak tergesa-gesa. Mungkin saja takut terlambat. Ya, seperti yang dialami Dion.
            Dion menerjang hujan. Terus melaju dengan kencang tanpa peduli dengan jalanan yang licin. Hujan makin deras dan langit sangat gelap. Namun, ia tak terlalu menggubrisnya. Ia melihat jam ditangan kirinya, waktu sudah menunjukan pukul 06.45 dan dari lokasi yang sekarang pun masih jauh sekali dengan kampusnya. Ia pun segera menancap gas dengan kencang tanpa berpikir panjang. Ia menerobos hujan dan melintasi motor/mobil yang berlalu lalang dijalan.
            Hujan lebat pun mengaburkan pandangannya. Dion harus berusaha keras untuk menajamkan penglihatan di depan matanya. Fokusnya kemana-kemana. Motor masih melaju dengan kencang tanpa rasa khawatir sedikit pun akan kerasanya jalanan ini.
            Melewati persimpangan yang ada traffictlight-nya, Dion pun tanpa peduli dengan keselamatanya menerobos lampu merah. karena waktu yang makin habis tanpa bisa dihentikan membuat ia gegabah dengan menerobos lampu yang masih menyala merah. tentu saja ini pelanggaran hebat. Bukan untuk mematuhi karena takut ditilang polisi sebab traffict light diciptakan demi keselamatan sesama pengendara. Supaya meminimalisir pengendara yang terkadang ceroboh dan tidak sabaran dalam persimpangan.
            Dion pun tahu bahwa dipersimpangan ini jarang ada polisi yang berpatroli, maka dari itu ia berani dalam melakukan tindakan yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain. Saat ia menerobos lampu merah, pengendara lain yang berhadapan denganya pun menyumpah serapahi tindakan Dion yang mengganggu pengendara lain. Tapi Dion tak menggubrisnya. Pikirannya sudah dipenuhi oleh waktu yang terus berputar tanpa peduli perjuangan Dion menembus waktu dijalanan ini.
            Setelah lolos dari ujian di persimpangan tadi, Dion pun melenggang dengan kencang. Hujan deras masih mengguyur ibu kota ini provinsi ini.
            Tiba-tiba saja keseimbangan Dion membawa motor oleng begitu saja. Tanpa sadar, Dion melewati lobang jalanan yang cukup besar sehingga tanpa mempersiapkan keseimbangan dengan penuh, Dion pun langsung terjatuh di aspal yang basah. Sepersekian detik tubuhnya sudah menggelepar dengan kondisi motor diatas tubuhnya. Hujan pun terus mengguyur jalanan dan menyentuh luka disekujur tubuh Dion.
            Mata Dion berkunang-kunang. Melihat keadaan sekitar pun ia tak sanggup sebab semua terjadi sangat cepat dan luka yang merajai sekujur tubuhnya membuat ia tak bisa fokus dengan apa yang terjadi. Darah pun keluar dikepalanya yang membentur aspal dengan keras. Helmnya yang tidak dikaitkan sampai bunyi “klik” , terlempar di bahu jalan. Seharusnya ia harus mengaitkan helmnya sampai bunyi “klik” karena helm adalah pelindung untuk kepala kita. Apa jadinya jika kepala kita terbentur keras diaspal, tentunya akan berakibat fatal dengan otak kita.
            Beberapa orang disekitar tkp terjatuhnya Dion pun segera bergerumul di sekitar badan Dion yang terkapar tak berdaya. Orang-orang pun membawa tubuh Dion ke trotoar. Motor Dion pun dipinggirkan supaya tidak mengganggu pengguna jalan lain. Darah segara pun terlihat di aspal. Kepala Dion yang terbentur aspal dengan keras mengucurkan darah yang tak mau berhenti. Sekujur tubuh lebam. Motor kesayangannya pun ringsek karena kejadian yang ia alami cukup parah dan cepat.
            Kemudian Dion pun dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Kondisinya pun sudah terlampau parah. Apalagi dengan kepalanya, helm yang ia pakai tak dapat melindungi seutuhnya sebab ia ceroboh tak memperhatikan hal kecil namun berdampak besar bagi keselamatannya. Jangan pikir kita hanya menggunakan helm saja sudah cukup tanpa mengaitkannya sampai berbunyi klik, namun itu yang paling intim dalam menjaga keselamatan kita. Misalnya kejadian yang dialami Dion, akibat tak mengakitkan helmnya, saat ia terjatuh kepala yang menjadi organ tubuh penting dalam tubuh kita menjadi korban. Helm yang ia kenakan pun terlempar dari kepalanya sehingga kepalanya dengan telanjang membentur aspal.
            Dan satu lagi yang menjadi pelajaran dari kejadian yang dialami Dion adalah keselamatan dalam mengendarai ketika hujan mendera. Alangkah baiknya kita hati-hati dijalan sebab penyebab kematian terbesar adalah dijalanan dengan tidak memperhatikan keselamatan diri kita sendiri. Misalnya laju motor yang tidak sesuai dengan kondisi jalanan. Lebih baik kita berhati-hati dan tetap waspada mengendari motor dan memperhatikan jalanan disekitar supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan berakibat fatal. Bukankah keselamatan itu yang paling utama? 

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com

1 comment :

silahkan berkomentar sesuka hati disini..

My Instagram

Copyright © Amirotul Choiriah . Blogger Templates Designed by OddThemes