Merbabu Via Wekas

Aku naik gunung bukan sekedar untuk mengikuti trends atau hanya sebagai pengisi feeds instagram saja. Bukan, bukan seperti itu. Kalau hal itu terjadi padaku, rasanya seperti menyiksa diriku sendiri. Banyangkan saja, naik gunung tuh capek setengah mati, treknya nggak santai, kita akan beradu dengan tanah, dapat dipastikan tubuh kita akan penuh dengan peluh dan debu-debu tanah. Nggak cantik banget buat di bayangin kan? 

Namun bagiku naik gunung tidak hanya bercapek-capek ria saja, tapi lebih dari itu. Dengan naik gunung, tubuhku akan menjadi lebih sehat. Pikiranku akan kembali cemerlang, karena menghirup udara segar yang tersedia di dataran tinggi ini. Hatiku akan merunduk sejatuh-jatuhnya karena dari atas puncak kita bisa lihat orang-orang di dataran rendah itu nggak kelihatan. Mengingatkanku bahwa sejatinya manusia ini hanya butiran debu tak kasat mata diantara semesta yang luas ini. Masih berani untuk congkak? 

Kali ini aku mau mendaki Gunung Merbabu via Wekas. Pendakian ku kali ini bersama Blue, Cepuh, Sabilal, Mas Kukuh, Desta dan Eka. Kami berangkat malam , soalnya kami mau tidur dulu di beskem. Kami baru memulai perjalanan keesokan harinya.

~~
Kami mulai mendaki nih, treknya cukup terjal. Sebelumnya kami memang cari-cari di google gitu soal pendakian via wekas, dan memang melalui jalur ini tuh treknya cukup terjal, dan pemandangannya hanya hutan-hutan saja. Pemandangan bagusnya kalau sudah melewati jembatan setan. Kalau dari pos satu, dua, tiga ya... hanya pohon-pohon saja yang terlihat. Enaknya lewat sini tuh ada sumber air dari pipa yang dipasang penduduk. Adanya hanya di pos 2, lumayanlah jadi kami ngga perlu kesusahan bawa terlalu banyak air.

Sampai pos 2, kami berhenti untuk mendirikan tenda. Kami akan bermalam disini. Tiba-tiba hujan mengguyur deras. So, kami hanya berdiam diri di tenda. Masak air buat anget-angetan, terus ngobrol ngalur ngidul ngga jelas. Capek dengan kegiatan unfaedah tapi mengakrabkan itu, kami pun tertidur. 

Malam pun tiba. Kami mulai untuk masak. Habis itu kami pun ngobrol-ngobrol ngga jelas lagi, selanjutnya kami tertidur lagi. HAHAHA. 

Pukul tiga pagi, kami pun membuka mata. Menyadarkan diri untuk melanjutkan trek selanjutnya. Kami akan melakukan treking untuk menuju puncak. Kami mengejar sunrise ((kalau bisa)). Udara dingin menusuk melalui celah jaket. Gigi gemertak sepanjang perjalanan. Gini nih, mendaki pas hujan deras tuh kerasa hangat, tapi begitu hujan reda, dingin menusuk tanpa ampun. 

Matahari mulai menyingsing. Sepertinya untuk sampai di puncak, matahari sudah tinggi deh. Jadi, kami ngga bisa menikmati sunrise di puncak. Nggak papa, kami mah nggak ngoyo. Itu tadi cuma wacana saja. Kami mendakinya santai. Dapat sunrise di puncak alhamdulillah, nggak juga nggak apa-apa.

Sampai di jembatan setan, pemandangannya Masya Allah. Rasanya kaya berada dimana gitu, seperti di antah berantah. HAHAHA, di dataran rendah ngga bisa lihat yang beginian. Perlu peluh untuk melihat pemandangan sekeren ini. Ini baru dibawah puncak, lalu di atas puncak, dipastikan ada yang lebih mengejutkan lagi.

Trek menuju puncak ini, sungguh rasanya bikin pasrah kepada Allah. Ada dua jalur, yang satu jalur melewati jalur terjal banget. Bisa naik, kemungkinan untuk turun rasanya susaaah. Kedua, trek menggunakan tali webbing, soalnya dibawah itu jurang. Ekstra hati-hati. Aku memilih jalur pertama, walaupun terjal tapi aku bisa melaluinya. Pas turun nanti, baru deh pakai jalur kedua.

Sampai puncak, waw! Langsung selonjorin kaki. Capek coy! Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan? Nggak ada! Melihat pemandangan ini pun suatu nikmat tak terkira. Merapi berdiri gagah di depan Merbabu. Jadi teringat masa lalu kan, lah lah? HAHAHA. Rasanya seneng banget di kasih kesempatan Allah untuk menjejakan kaki di puncak Gunung Merbabu. Akibat pendakian pertama gagal kala itu, pendakian melalui via Selo. Dan baru kesampaian mencicipi puncak via Wekas. Akhirnya rasa penasaranku terbayarkan. Tak lupa kami mengabadikan momen. Segala sesuatu harus di abadikan dong, buat kenang-kenangan dan cerita anak cucu kelak. hehehe.

Terimakasih Allah dan semesta yang mendukung. Aku bahagia!

Merapi dari Merbabu, guys!




silaw men!






Bunga Edelweiss






Post a Comment

silahkan berkomentar sesuka hati disini..

My Instagram

Copyright © Amirotul Choiriah . Blogger Templates Designed by OddThemes